Tuesday, September 11, 2007

Murdoch & cerita di balik kisruhnya siaran EPL

Pilihmana lihat Liga Inggris (langganan Astro-Malaysia) atau Idealisme sebagai bangsa ????
*******Murdoch & cerita di balik kisruhnya siaran EPL**********
No EPL in my living room. Begitu berangnya Bram terhadap sesuatu yang diyakininya adalah buah dari persaingan bisnis itu sampai-sampai di blog-nya dia menyebut serapah d**n.
Yang lainnya, ada surat pembaca yang menyebut: Dengan Rp200.000 saya sudah mendapatkan keamanan dan kenyamanan hiburan televisi yang saya harapkan, terlebih dengan ditayangkannya EPL di Astro.
Yup, banyak suara dengan banyak nada pula soal si kulit bundar yang dimainkan dengan manuver-manuver cantik oleh para pria yang masuk dalam liga utama Inggris a.l. Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan Manchester City itu.
Dalam sebuah wawancara televisi, Ketua PSSI Nurdin Halid menyebut tontonan itu mampu menyedot perhatian dari sedikitnya 40 juta pasang mata.Adalah Amelia Hezkasari Day, mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia, yang selama dua pekan terakhir bersama timnya a.l. konsultan bisnis Media Mary Osmond, mengulik, cari tahu soal itu.
Dua pekan terakhir mereka berkutat dan kemarin mereka sampai pada satu kesimpulan: Rupert Murdoch ada di balik hilangnya EPL di layar kaca stasiun televisi free-to-air.Dia bilang sesuai laporan penelitian itu, semua hal yang akhirnya berujung pada sesuatu yang disebutnya konspirasi kapitalisme media global di Indonesia itu, dimulai alurnya melalui dua buah peristiwa.
Pertama, saat ada keputusan ESPN Star Sports (ESS) mewajibkan semua televisi berbayar di Indonesia, jika tetap mau mengambil program mereka, harus melalui Direct Vision yang ada di Indonesia (Astro Nusantara) yang juga dimiliki oleh Astro Malaysia.Kasus ini lantas diselesaikan oleh Menkominfo saat itu Sofyan A. Djalil, dengan ancaman akan melarang program ESS masuk ke Indonesia, jika tetap dengan keputusannya dan akhirnya ESS menarik keputusannya itu.
Kedua, saat ESS melakukan tender untuk EPL di kawasan Asia akhirnya ditunjuk untuk kawasan regional Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam 'dimenangkan' oleh Astro All Asia Network yang berkedudukan di Malaysia dan memasukkannya ke Indonesia secara langsung ke Direct Vision.Maka, bila dilihat pada alur itu, kekisruhan terjadi oleh tiga pelaku, yaitu ESS, Astro All Asia Network, dan Direct Vision yang dimiliki Astro Malaysia.Dari situ, penelitian itu lantas menarik garis pada siapa pemenang tender EPL di dunia, yaitu BskyB dan Setanta, serta siapa pemiliknya di belakang.
Amelia menuturkan penelitian itu mengungkapkan pertandingan antarklub yang tergabung dalam EPL punya angka hak siar itu yang tak tinggal diam. Naik terus.
Pada 1992, transaksi hak siar EPL dari luar Inggris dan negara-negara Commonwealth (foreign rights) hanya sekitar œ305 juta. Pada 1996, hak siar dunia mencapai œ670 juta. Dan, target musim tanding 2007-2008 telah dipatok?? œ1,3 miliar!Sejak 1992, hak siar EPL itu diberikan secara eksklusif kepada lembaga penyiaran berlangganan yang berkedudukan di Inggris BSkyB untuk penayangan seluruh Inggris Raya.BskyB sendiri adalah perusahaan yang dimiliki oleh News Corporation (NewsCorp) dengan Rupert Murdoch sebagai penjaga gawangnya.
Lantas, BskyB dan NewsCorp bersama Disney memiliki ESS yang main di penyediaan konten olah raga di kawasan Asia. Itu soal Rupert Murdoch.Lalu apa hubungannya dengan Astro? Soal yang satu ini penelitian Amelia menyebutkan sebuah nama: David Butorac. Butorac pernah bekerja selama 14 tahun di BskyB, di situ dia menjabat sebagai Head of Operations dan Station Manager.Butorac lantas pindah bekerja empat tahun di Astro All Asia Network dan menjabat menjadi Chief Operating Officer. Dan, pada 14 November 2006 hingga hari ini, dia bergabung dengan Star TV.
"Data dalam penelitian saya dan kawan-kawan itu akhirnya berujung pada konspirasi kapitalis media global di Indonesia yang mulai 'mengubek-ubek' industri televisi di Indonesia. Semua permainan ini ada di tangan Newscorp, Rupert Murdoch," kata Amelia pedas.Pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun diminta tidak terjebak atau ikut dalam konspirasi media global itu. ANTV dan Lativi ditunjuk Amelia sebagai dua televisi swasta nasional yang lekat di benak dan kocek Murdoch.
Persaingan tak sehatSelain Amelia cs, tiga penyelenggara televisi berlangganan di Indonesia juga menunjuk penayangan EPL disinyalir kuat menciptakan persaingan usaha tidak sehat lewat pernyataan tertulis bersama.Pernyataan tertulis bersama itu diteken oleh Wakil Dirut PT MNC Sky Vision Tbk (Indovision) Handhi S. Kentjono, Dirut PT Indonusa Telemedia (Telkom Vision) Rahadi Arsyad, dan Corporate Secretary PT Indosat M2 Vision Andri Aslan.
Mereka mensinyalir terdapat upaya berkesinambungan dari pihak-pihak tertentu untuk menciptakan persaingan usaha tidak sehat, atau setidaknya merusak equal level of playing pada industri jasa penyelenggara TV berlangganan."Cara itu tidak fair dan melanggar hukum persaingan yang sehat. Eksklusivitas dilakukan oleh salah satu penyelenggara TV berbayar di Indonesia dengan ESS sebagai pemegang hak siar EPL di Indonesia," tulis pernyataan bersama itu.
Tak kalah pedas, Abdul Halim Mahfudz, Vice President Corporate Affairs PT Direct Vision berkata," Kami tidak akan menanggapi hal itu. Player di industri ini memang itu-itu saja, karena sempitnya field. Yang pasti, Astro Indonesia adalah carrier program tontonan ESS. Semua kesepakatan dibuat ESS dan Astro Group. Depkominfo memberi akses penyiaran ini pada kami."Dia juga bilang Astro bahkan sedang merancang akses televisi EPL untuk kanal free to air.?
"Lativi sudah menyiarkan Arsenal pekan lalu, bukan?" ujarnya. Hmmmh, soal bola ini tampaknya tak henti menggelinding. Hari ini, Menkominfo dan KPI rencananya bakal bertemu dan berembuk soal hak siar ini. Apa solusi pemerintah dan KPI? (sylviana.pravita@bisnis. co.id)Oleh Sylviana Pravita R.K.N.Wartawan Bisnis Indonesia
http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/1id22206.html

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

  • superannuation australia