Ciamis Selatan Sebuah Harapan Menuju Tatanan Hidup Baru Urang Kidul
Fenomena keinginan berpisahnya satu daerah untuk membentuk daerah otonomi sendiri melalui mekanisme pemekaran wilayah yang sudah di rencanakan secara top down maupun melalui usulan warganya saat ini menunjukkan keinginan masyarakat wilayah tersebut untuk memperoleh benefit yang lebih besar dari proses pembangunan disamping kendala-kendala yang tejadi secara administrasi karena jauhnya letak geografis wilayah tersebut dari pusat kekuasaan provinsi/kabupaten, kurangnya pelayanan publik dll.
Hal terrsebut cukup membuat kita miris karena akan berimplikasi pada berbagai hal disamping dampak yang nyata bagi provinsi/kabupaten yang ditinggalkan seperti berkurangnya PAD, ruwetnya inventarisasi asset Pemda, biaya tambahan saat proses peralihan juga masalah tata kepegawaian yang harus disolusikan. Hal yang cukup membuat miris dari pemekaran wilayah adalah kurangnya SDM yang berkualitas dari daerah yang baru dimekarkan karena adanya keinginan dari setiap daerah tersebut agar putra daerahnyalah yang memimpin dan mengelola roda pemerintahan, hal tersebut selain berdampak tersendat-sendatnya laju pembangunan yang diharapkan juga dikhawatirkan akan memperlemah pengawasan administratif sehingga tidakan tercela seperti mark up, korupsi dan aktivitas fiktif makin merajalela yang berdampak makin besarnya kebocoran uang negara yang pernah di kalkulasikan oleh Prof Sumitro saat itu sekitar 30% dari anggaran negara.
Beberapa waktu lalu saat melakukan perjalanan untuk melakukan ziarah kubur ke makam almarhum ayah saya yang biasa dilakukan menjelang bulan ramadhan di Cijulang, Ciamis Selatan banyak spanduk sepanjang jalan yang menyatakan keinginan warga untuk membentuk pemerintahan baru Ciamis Selatan yang terpisah dari Kabupaten Ciamis. Sebagai warga yang memiliki kaitan historis dengan daerah ini karena 6 generasi leluhur saya berasal dari Cijulang-Parigi-Pangandaran dan sekitarnya serta insya allah Saya pun suatu saat akan menjadi penghuni tetap di komplek pekuburan yang telah disediakan Kakek untuk generasi penerusnya setelah komplek pekuburan pertama dimasukkan sebagai situs sejarah oleh Pemkab Ciamis, tentunya “gejolak” ini cukup menggelitik pikiran untuk sedikit banyaknya turut memberikan sumbangan meskipun berupa gagasan dan pemikiran bagi terwujudnya aspirasi bersama warga Ciamis Selatan.
Ada beberapa kecamatan yang memiliki aspirasi yang sama dalam hal berpisahnya Ciamis Selatan meliputi Kec. Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cimerak, Cijulang, Cigugur, dan Langkaplancar. Sebagai gambaran jarak dari tempat kelahiran ayah saya di Cijulang ke kota Ciamis lebih dari 100 km dan tentunya bisa dibayangkan sulitnya proses pembangunan dan pengawasn pembangunan termasuk apa-apa saja yang dirasakan sangat urgent bagi peningkatan perekonomian rakyat yang harus segera di sediakan atau dibenahi karena mampu memacu geliat ekonomi di daerah ini yang selama bertahun-tahun boleh dibilang stagnan.
Sebelum membahas hal-hal yang lebih rinci berikut salah satu kenangan masa kecil yang sangat terekam jelas sampai sekarang karena memiliki keunikan yang khas yang tidak semua daerah memilikinya yaitu transportasi Kereta Api. Ada beberapa kenangan mengenai perjalanan dengan kereta api ini yang sering kami sekeluarga lakukan untuk berkunjung ke rumah Kakek dari stasiun Tasikmalaya ke Stasiun Cijulang, diantaranya selain pemandangan yang indah juga jalur kereta tersebut melewati 3 terowongan yang salah satunya sangat panjang sehingga rekaman pikiran masa kecil saya terekam kenangan manis saat ayah setiap menjelang terowongan selalu menyiapkan lilin untuk dinyalakan karena ketakutan saya saat itu apabila berada dalam suasana gelap. Berikut gambaran yang dapat mendeskripsikan kondisi jalan kereta api jalur Banci (Banjar Cijulang) yang sayangnya telah ditutup PT KAI sekitar tahun 1981.
“.....Ketiga terowongan itu adalah terowongan Hendrik sepanjang 100 meter, Juliana (250 m), dan terowongan Wilhelmina (1.200 m). Terowongan Wilhelmina disebut-sebut sebagai terowongan kereta api (KA) terpanjang di Pulau Jawa, bahkan mungkin di Indonesia.
Dalam sejarahnya, ketiga terowongan itu merupakan bagian dari jalur KA "Banci", kependekan dari Banjar-Cijulang, yang panjang seluruhnya sekitar 95 kilometer. Terdiri dari jalur Banjar-Pangandaran sepanjang 65 km dan Pangandaran-Cijulang sekitar 30 km.
Hal terrsebut cukup membuat kita miris karena akan berimplikasi pada berbagai hal disamping dampak yang nyata bagi provinsi/kabupaten yang ditinggalkan seperti berkurangnya PAD, ruwetnya inventarisasi asset Pemda, biaya tambahan saat proses peralihan juga masalah tata kepegawaian yang harus disolusikan. Hal yang cukup membuat miris dari pemekaran wilayah adalah kurangnya SDM yang berkualitas dari daerah yang baru dimekarkan karena adanya keinginan dari setiap daerah tersebut agar putra daerahnyalah yang memimpin dan mengelola roda pemerintahan, hal tersebut selain berdampak tersendat-sendatnya laju pembangunan yang diharapkan juga dikhawatirkan akan memperlemah pengawasan administratif sehingga tidakan tercela seperti mark up, korupsi dan aktivitas fiktif makin merajalela yang berdampak makin besarnya kebocoran uang negara yang pernah di kalkulasikan oleh Prof Sumitro saat itu sekitar 30% dari anggaran negara.
Beberapa waktu lalu saat melakukan perjalanan untuk melakukan ziarah kubur ke makam almarhum ayah saya yang biasa dilakukan menjelang bulan ramadhan di Cijulang, Ciamis Selatan banyak spanduk sepanjang jalan yang menyatakan keinginan warga untuk membentuk pemerintahan baru Ciamis Selatan yang terpisah dari Kabupaten Ciamis. Sebagai warga yang memiliki kaitan historis dengan daerah ini karena 6 generasi leluhur saya berasal dari Cijulang-Parigi-Pangandaran dan sekitarnya serta insya allah Saya pun suatu saat akan menjadi penghuni tetap di komplek pekuburan yang telah disediakan Kakek untuk generasi penerusnya setelah komplek pekuburan pertama dimasukkan sebagai situs sejarah oleh Pemkab Ciamis, tentunya “gejolak” ini cukup menggelitik pikiran untuk sedikit banyaknya turut memberikan sumbangan meskipun berupa gagasan dan pemikiran bagi terwujudnya aspirasi bersama warga Ciamis Selatan.
Ada beberapa kecamatan yang memiliki aspirasi yang sama dalam hal berpisahnya Ciamis Selatan meliputi Kec. Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cimerak, Cijulang, Cigugur, dan Langkaplancar. Sebagai gambaran jarak dari tempat kelahiran ayah saya di Cijulang ke kota Ciamis lebih dari 100 km dan tentunya bisa dibayangkan sulitnya proses pembangunan dan pengawasn pembangunan termasuk apa-apa saja yang dirasakan sangat urgent bagi peningkatan perekonomian rakyat yang harus segera di sediakan atau dibenahi karena mampu memacu geliat ekonomi di daerah ini yang selama bertahun-tahun boleh dibilang stagnan.
Sebelum membahas hal-hal yang lebih rinci berikut salah satu kenangan masa kecil yang sangat terekam jelas sampai sekarang karena memiliki keunikan yang khas yang tidak semua daerah memilikinya yaitu transportasi Kereta Api. Ada beberapa kenangan mengenai perjalanan dengan kereta api ini yang sering kami sekeluarga lakukan untuk berkunjung ke rumah Kakek dari stasiun Tasikmalaya ke Stasiun Cijulang, diantaranya selain pemandangan yang indah juga jalur kereta tersebut melewati 3 terowongan yang salah satunya sangat panjang sehingga rekaman pikiran masa kecil saya terekam kenangan manis saat ayah setiap menjelang terowongan selalu menyiapkan lilin untuk dinyalakan karena ketakutan saya saat itu apabila berada dalam suasana gelap. Berikut gambaran yang dapat mendeskripsikan kondisi jalan kereta api jalur Banci (Banjar Cijulang) yang sayangnya telah ditutup PT KAI sekitar tahun 1981.
“.....Ketiga terowongan itu adalah terowongan Hendrik sepanjang 100 meter, Juliana (250 m), dan terowongan Wilhelmina (1.200 m). Terowongan Wilhelmina disebut-sebut sebagai terowongan kereta api (KA) terpanjang di Pulau Jawa, bahkan mungkin di Indonesia.
Dalam sejarahnya, ketiga terowongan itu merupakan bagian dari jalur KA "Banci", kependekan dari Banjar-Cijulang, yang panjang seluruhnya sekitar 95 kilometer. Terdiri dari jalur Banjar-Pangandaran sepanjang 65 km dan Pangandaran-Cijulang sekitar 30 km.
Dari Banjar, perjalanan menyusuri jalur KA Banci ini menawarkan keelokan pemandangan alam pegunungan Ciamis Selatan dan mungkin sekaligus ketegangan. Ini terutama terasa sejak perjalanan dari terowongan Hendrik di Dusun Warungbungur, Desa Kalipucang, Kecamatan Kalipucang, hingga terowongan Wilhelmina di perbatasan Desa Emplak dan Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang.
Hanya sekitar 25 meter setelah keluar dari ujung terowongan Hendrik, sekitar 250 meter dari tepi jalan raya Banjar- Pangandaran, jalur rel KA Banci langsung melintasi jembatan Cikacepit yang panjangnya sekitar 1.250 meter, tinggi 100 meter.
Jembatan ini terbuat dari rangka besi baja berwarna perak dengan lebar tak lebih dari 1,70 meter dan tanpa pelindung di sisi kiri dan kanannya. Dari atas jembatan, dapat dilihat jelas aliran air dari selokan Cikacepit nun di bawah sana. Di kejauhan sebelah timur laut tampak perairan Segara Anakan, bayangan lebatnya hutan di Pulau Nusakambangan, dan pabrik-pabrik di sepanjang pantai Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Bila malam hari, dari pabrik-pabrik itu dan perkampungan penduduk di Segara Anakan yang disebut dengan Kampung Laut akan terlihat cahaya kerlap-kerlip lampu penerangan.
Di sebelah barat daya dan selatan jembatan Cikacepit terbentang tinggi Pegunungan Ciamis Selatan dengan lembah-lembahnya yang curam.
Selepas dari jembatan Cikacepit, jalur KA Banci akan menyusuri tebing pegunungan kira-kira sepanjang 250 meter kemudian menyeberangi jembatan Cimandala yang panjangnya sekitar 150 meter dengan ketinggian 75 meter. Konstruksi jembatan Cimandala ini hampir sama dengan jembatan Cikacepit. Bedanya, jalur rel KA Banci di jembatan Cimandala tidak lurus, tapi berkelok.
Keadaan serupa juga terjadi pada terowongan Juliana, sekitar 30 meter setelah jembatan Cimandala, sehingga ujung terowongan Juliana yang satu tidak akan terlihat dari ujung terowongan lainnya.
Keluar dari terowongan Juliana, jalur KA Banci akan melintasi jalur sepanjang 350 meter, sebelum akhirnya berhenti di Stasiun Sumber. Stasiun KA Sumber ini persis di depan terowongan Wilhelmina. Oleh masyarakat setempat, terowongan Wilhelmina sering disebut dengan terowongan Sumber.
Ketika berhenti di Stasiun Sumber, KA Banci biasanya juga menaikkan atau menurunkan penumpang, terutama warga sekitar Kecamatan Kalipucang. Perhentian di Stasiun Sumber ini juga dapat dianggap sebagai persiapan untuk melintasi terowongan Wilhelmina. Karena panjangnya, jika dilihat dari salah satu ujung terowongan, ujung terowongan lainnya tampak seperti satu titik terang dengan panjang dan lebar seolah-olah hanya satu sentimeter.
Selain itu, di dalam terowongan Wilhelmina dapat ditemui rembesan air menetes dari bagian atap dan dinding terowongan. Rembesan air itu akhirnya menggenang dan bercampur dengan lumut di dasar terowongan. Untuk menyaksikan itu kita harus menggunakan lampu penerangan karena suasana di dalam terowongan Wilhelmina, meskipun siang hari, gelap-pekat.
Seperti jembatan Cikacepit dan Cimandala, bentuk ketiga terowongan yang tersebut semuanya hampir sama. Melengkung di bagian atas dengan lebar sekitar empat meter dan tinggi lima meter.
Di beberapa lokasi di dalam terowongan, kita temukan semacam lubang atau ruang kecil untuk tempat berlindung bagi yang sedang berada di dalam terowongan saat KA Banci lewat di dalam terowongan.
Jembatan dan terowongan itu dibangun sekitar tahun 1912 oleh pemerintah Hindia Belanda. Nama-nama terowongan itu diambil dari nama ratu dan pangeran dari Kerajaan Belanda........”
Kembali dari perjalanan mengenang masa lalu ke realita saat ini konsep pembangunan dengan wilayah kecil sungguh sangat menjanjikan. Terlepas dari anggapan bahwa memperbanyak pemerintahan daerah akan menambah jumlah pegawai dan pada akhirnya akan memperbesar anggaran gaji pegawai serta bertambahnya pos-pos pengeluaran yang berdampak pada makin besarnya probabilitas penyimpangan anggaran. Bertambah kecilnya wilayah pemerintahan daerah juga diyakini akan menambah fokus perhatian pembangunan berdasarkan skala prioritas kepada aspek-aspek yang dapat menjadi pemicu terjadi effek berantai dari peningkatan ekonomi baik secara mikro maupun makro ekonomi.
Untuk pembuktiannya tidak perlu mengambil contoh yang jauh, Kota Banjar secara kasat mata setelah lepas dari Kabupaten Ciamis dapat mempercepat pembangunan dan meningkatkan gairah perekonomiannya. Dimulai dari pembangunan sarana dan prasaran infrastruktur dengan kualitas yang baik Kota Banjar sekarang dibandingkan 5 s.d 10 tahun yang lalu jauh menampakkan perbedaan dan saya yakin dari besaran PADnyapun akan memberikan growth yang sangat besar dibandingkan dengan saat masih tergabung dengan Kab Ciamis. Semua ini pemerintahan daerah yang baru lebih mengenal potensi dan kekayaan daerah tersebut sehingga mereka bisa lebih fokus untuk mengembangkan item tersebut berdasarkan skala prioritas.
Tentunya ada prasarat dan tahapan-tahapan yang perlu dilewati untuk terjadinya keberhasilan pembangunan di daerah baru seperti Banjar. Beberapa hal yang sangat krusial untuk Ciamis Selatan adalah seperti berikut ini.
1. Skenario pemecahan wilayah yang terstruktur dan terencana baik termasuk didalamnya pembagian asset dan pegawai dengan memperhatikan kualitas dari pegawai tersebut dan tidak melulu berdasarkan fanatisme kedaerahan. Ini sangat penting karena pada saat transisi ini diperlukan pegawai yang benar-benar sudah mumpuni untuk membangun sistem baru dan proses bisnis yang effisien untuk menggerakkan roda pemerintahan sehingga masa konsolidasi bisa relatif pendek dan bisa langsung menggulirkan roda perekonomian rakyat (pembangunan infrastruktur).
2. Pilkada dilakukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sehingga tidak menguras stamina serta bisa segera membentuk jajaran eksekutif secara definitif untuk menentukan arah pembangunan, detail direction, policy jangka pendek, menengah serta jangka panjang serta milestone yang berusaha dicapai Pemerintahan Daerah. Dengan sosialisasi kepada rakyat untuk memilih wakil rakyat/kepala daerah yang selain memiliki track record yang baik, kapabilitas dan latar pendidikan akademik juga memiliki Visi yang jelas serta berpihak kepada rakyat. Satu yang cukup penting usahakan pemimpin baru yang meskipun berpengalaman tapi merupakan darah segar diluar Pemerintahan yang belum terkontaminasi virus birokrat jaman Orba ataupun jaman reformasi yang semakin membuat tatana hidup tidak jelas.
3. Dibentuknya sistem pengawasan yang ketat tapi menjamin fleksibilitas untuk memudahkan investasi para investor dengan dukungan dan insentif yang sama-sama menguntungkan. Pelayanan perizinan satu atap mutlak diperlukan bagi kemudahan bersama dan percepatan proses. Karena Ciamis Selatan memiliki potensi wisata yang lengkap dan eksotis maka sangat beralasan apabila menjadikan Bali sebagai acuan dengan penyesuaian disana-sisni. Sebagai contoh dibentuknya daerah tujuan wisata terintegrasi yang meliputi wisata pantai dengan paket wisata Pantai Pangandara dengan Cagar Alamnya, Pantai Karang Nini, Lembah Putri, Karang Tirta, Batu Hiu, Batu Karas semua daerah pantai tersebut terhubung oleh mode transportasi air yang unik dengan menambahkan juga muatan-muatan serta atraksi budaya yang unik di tiap lokasi pantai yang bisa digali dari budaya asli setempat dengan menambahkan unsur etertainment (untuk hal ini bisa dikelola/diciptakan berdarakan masukan dari konsultan sehingga terkemas secara menarik). Yang jelas biarpun bunyinya paket wisata pantai, tapi dapat memberikan kesan serta muatan yang berbeda untuk setiap tempatnya termasuk dengan mengawinkannya dengan wisata alam "Green Canyon" yang sudah cukup dikenal luas dengan cukang taneuhnya atau Keusik Luhur. Dihidupkannya lagi Tarnportasi mode kereta sebagai kereta wisata yang terangkum dalam satu paket wisata diyakini dapat menambah daya tarik Ciamis Selatan.
4. Keadaan infrastruktur di daerah terpencil dimanapun selalu sama yaitu sangat minim sehingga pembangunan serta perluasannya sangat urgent dengan memperhatikan kualitas dan spesifikasi teknis yang berlaku, jangan sampai pembangunan infrastruktur seperti jalan aspal hanya mampu bertahan 1-2 tahun. Saya pernah melihat Kondisi jalan di Provinsi Jambi yang dibangun oleh kontraktor dari Korea bisa mulus lebih dari 15 tahun ini sungguh-sungguh kontras dengan kondisi jalan yang dibangun oleh kontaktor-kontraktor kita terutama di Jawa yang hanya bertahan 1 tahun dan setiap lebaran harus di rehab besar-besaran karena banyaknya dana proyek yang tidak dialokasikan untuk proyek tersebut.
5. Untuk tahap pertama hal yang paling penting harus segera disediakan adalah mudahnya kucuran kredit bagi rakyat untuk menggerakan sektor riil dengan prioritas berdasarkan kajian-kajian tim/konsultan ekonomi yang dibentuk Pemda dan secara aktif turun untuk membantu langsung rakyat dengan advice/saran yang diberikan secara gratis sehingga pergerakan sektor riil dapat lebih terarah dengan mengoptimalkan semua potensi daerah yang ada.
6. Pelayanan publik berupa kesehatan murah , pendidikan murah/gratis, perbaikan tempat pendidikan dan fasilitasnya dan kepastian hukum dengan membuat perda-perda yang dapat menggairah iklim investasi dan berbudaya serta juga membersihkan aparat yang terlibatnya dari praktik-praktik kotor akan dapat menekan ekonomi biaya tinggi dan menjamin pembangunan secara berkesinambungan.
Sungguh suatu hal yang sangat indah apabila tatanan Ciamis Selatan yang baru dapat terbentuk dengan iklim yang sangat Agamis, antar umatnya rukun dan kesejahteraan yang dapat dirasakan bersama sehingga dapat memberikan contoh dan menjadi pola bagi daerah lain untuk memajukan negara ini. Satu kunci yang tidak boleh keliru dilakukan adalah ketepatan dalam memilih pimpinan pertama yang akan meletakkan pondasi serta dasar-dasar hukum yang mengatur tata laksana Kabupaten Ciamis Selatan yang Makmur dan Sejahtera, amieen.
3 Comments:
Kalau kenyataan yang ada memang ada pemekaran, kenapa tidak....?
Setiap perubahan yang mengindikasikan terhadap kebaikan tidak boleh ditentang dan tidak boleh dihalangi.
Cuma yang saya mau tanya, kira2 sudah berapa persen-kah keyakinan masyarakat Ciamis Selatan tersebut meyakini perubahan yang akan terjadi tersebut akan mengarah kepada kebaikan dan kesejahteraan....?????
Jangan sampai hal tersebut hanya opini sebagian publik dengan berbagai kepentingan, akan tetapi seolah2 hal tersebut adalah opini publik secara keseluruhan.
Ciamis Selatan Tidak Layak untuk Dimekarkan sebagai Kabupaten Baru. Mengapa pemekaran/pembentukan kabupaten-kabupaten baru di daerah selatan Jabar tidak ada yang sukses?
Silakan berkunjung ke http://panseljabar.blogspot.com
Tetap optimis..skrg terbukti pilkada pertama...pilih bupati dgn latar belakang yg sangat pham infrastruktur krn akañ memicu pertumbuhan berantai bidang lainnya
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home