Monday, August 20, 2007

Persamaan Gender dan Kejahatan

Akhir-akhir ini sering kubaca suatu modus kejahatan yang cukup sadis yang telah berlaku dimana perampokan mobil dilakukan dengan cara menembak korban yang sedang mengisi bensin di SPBU. Penembakan memang dilakukan tidak di bagian yang mematikan akan tetapi pelaku nampaknya sudah menggampangkan arti sebuah peluru yang pada akhirnya dimana dia pada kondisi terdesak maka butiran peluru yang lainnya akan dengan mudah dia muntahkan dengan maksud mengambil jiwa siapapun yang menghalanginya.
Kejadian kedua adalah modus kejahatan dengan pembiusan. Biasanya dilakukan diatas bus/angkutan umum dimana sang korban diajak berbincang-bincang secara akrab, kemudian ditawari minuman kaleng/kemasan yang tertutup yang telah disuntikan kedalam kemasan tersebut cairan pembius. Setelah si korban terlelap maka dengan mudahnya barang-barang yang diincar pelaku dapat diambil seolah tanpa rintangan lagi.
Bila kita tinjau dari sisi korbannya maka kedua modus tadi memiliki kesamaan jenis kelamin yaitu laki-laki. Sedang bila kita tinjau dari sisi pelaku maka modus yang pertama adalah laki-laki dan pada kasus yang kedua adalah wanita.
Bisa dimengerti karena pada kasus pertama sifat kekerasannya lebih mencolok dimana pelaku dituntut kecepatannya dalam bertindak dan menilai situasi dengan tanpa mempetimbangkan peri kemanusiaan. Sedang pada kasus kedua dituntut kemampuan verbal pelaku dan keluwesan dalam menghilangkan perasaan curiga dan terancam dari si korban melalui pendekatan yang luwes dan menonjolkan sisi femenisme wanita.
Ditinjau dari nilai-nilai masyarakat secara umum jelas kedua modus kejahatan diatas sangat meresahkan dan merugikan. Akan tetapi apabila dihadapkan pada pilihan yang tidak dapat ditolak maka saya yakin mayoritas masyarakat kita akan memilih tertimpa kejahatan oleh modus kejahatan kedua dengan pertimbangan, tidak menyakitkan secara langsung dan boleh jadi kejahatan yang dialami adalah sebanding dengan kepuasan/"kenikmatan" yang telah diperoleh selama atau sebelum terjadinya proses pembiusan.
Sebenarnya siapapun pelaku kejahatan tentu didorong oleh kesulitan untuk mendapatkan kemudahan secara financial atau memang yang bersangkutan ingin hidup secara mudah.
untuk kasus yang disebabkan kesulitan memperoleh kesempatan financial diakui atau tidak negara kita saat ini memang lebih menonjolkan indikator ekonomi secara makro sehingga berapapun tingginya tingkat pertumbuhan hanya sedikit dampaknya yang langsung dirasakan masyarakat akar rumput.
Ditambah lagi dengan adanya persamaan kesempatan memperoleh kerja bagi laki-laki dan wanita. Saya bukanlah orang yang anti emansipasi akan tetapi mari kita lihat dampak dari persamaan itu di dunia kerja dan kaitannya dengan kejahatan. Diakui ini merupakan pandangan yang picik bin sempit tapi mungkin ada paedahnya untuk direnungkan.
Diluar bidang-bidang pekerjaan yang memang sudah selayaknya didominasi oleh kaum wanita karena dituntut kerapihan, ketelitian dan penampilan yang menarik seperti penjaga toko, pekerja pabrik ataupun front liner saat ini cukup banyak pekerjaan yang sebelumnya didominasi laki-laki berubah pelan tapi pasti menjadi pekerjaan yang diperuntukan wanita seperti penjaga SPBU ataupun sopir angkutan umum/Bus.
Sebenarnya sah-sah saja siapapun yang mengisi pekerjaan ini selama kualitas yang menjadi tuntutan utamanya. Akan tetapi kondisi negeri yang tidak dapat menyediakan lowongan pekerjaan makin mendesak kaum lelaki yang termarginalkan sehingga akhirnya mendorong munculnya naluri kriminal yang nota bene dibandingkan kaum wanita kadarnya lebih tinggi dengan tingkat peri kemanusiaan yang lebih rendah.
Maka tidak heran percurian dengan kekerasan dan perampokan saat ini dilakukan oleh orang yang sebenarnya ditilik dari latar belakang keluarga ataupun pendidikan seharusnya bisa menangkal yang bersangkutan dari perbuatan yang tidak terpuji ini.
Itulah pilihan kita, selama ekonomi dikelola dengan tidak mengerakkan sistem secara riil maka pilihan kedua adalah bentuk kejahatan mana yang hendak kita pilih bersama, modus pertama yang penuh darah dan kekerasan apabila bidang pekerjaan kaum lelaki makin dipersempit atau modus kedua yang penuh keluwesan dengan dampak lebih jauh jatuhnya moral bangsa sebagai akibat maraknya para wanita yang terdesak kebutuhan financial untuk melacurkan diri, sungguh suatu bentuk kejahatan yang jauh dari rasa sakit di dunia akan tetapi penuh derita di akhirat.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

  • superannuation australia