Burung dan Telur
Zaman dahulu ada seekor burung yang tidak mempunyai tenaga untuk terbang. Seperti ayam, ia berjalan-jalan saja ditanah, meskipun ia tahu bahwa ada burung yang bisa terbang. Karena berbagai keadaan, ada telur seekor burung yang bisa dierami oleh burung yang tak bisa terbang itu. Setelah sampai waktunya, telur itu pun menetas. Burung kecil itu masih memiliki kemampuan untuk terbang yangdiwarisi dari ibunya, yang tersimpan dalam dirinya sejak ia masih berada dalam telur.
Ia pun berkata kepada orang tua angkatnya, "Kapan aku akanterbang?" Dan burung yang hanya bisa berjalan di tanah itu menjawab, "Cobalah terus menerus belajar terbang, seperti yang lain."Burung tua itupun tidak tahu bagaimana mengajarkan cara terbang kepada anak angkatnya: ia bahkan tidak tahu bagaimana menjatuhkannya dari sarang agar bisa belajarterbang.
Dan aneh bahwa burung kecil itu tidak mengetahui hal tersebut. Pemahamannya terhadap keadaan terkacau oleh kenyataan bahwa ia merasa berterima kasih kepada burung yangtelah mengeraminya."Tanpa jasa itu," katanya kepada diri sendiri, "tentu akumasih berada dalam telur.
"Dan ia juga kadang-kadang berkata kepada dirinya sendiri,"Siapa pun bisa mengeramiku, tentu bisa juga mengajarku terbang. Tentunya hanya soal waktu saja, atau karena usahaku yang tanpa bantuan, atau karena suatu kebijaksanaan agung:ya, ini jawabnya.
Tiba-tiba suatu hari aku akan terbawa ketahap berikutnya oleh-nya yang telah membawaku sejauh ini.
************************************************************************************
"Konyollah apabila kita beranggapan bahwa suatu hal mengikuti sesuatu yang lain; anggapan itu juga menghalangi kemajuan selanjutnya," dan "Bahwa sesuatu bisa melakukan fungsi tertentu tidaklah berarti bahwa juga ia bisamelakukan fungsi yang lain."
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home