Jika Ibu Negara Bertindak

Sudah merupakan kepastian suatu negara punya pimpinan baik raja, presiden atau apapun itu.
dan yang hampir selalu pasti adalah selalu ada ibu negara di sampingnya satu, dua atau bahkan tak terhitung (bila selir atau yang tak terdeteksi dimasukan).
Dan yang selalu hampir pasti juga adalah tidak bisanya para ibu negara ini memanfaatkn posisinya yang kadang peluangnya hanya dapat diraih sekali dalam seumur hidup dan tidak oleh semua orang.
Dalam kondisi negara yang penuh kecurigaan saat ini, setiap langkah presiden baik berkontribusi positif apalagi berdampak negatif selalu jadi sorotan, salah-salah bahkan nanti di bilang sedang melakukan program tebar pesona. Disinilah fungsi ibu negara dapat menyodok kedepan melebihi fungsi dan manfaat seorang kepala negara bahkan berpotensi untuk menjadi legenda baru di negeri ini yang mungkin akan menyamai legenda sang Brawijaya dalam artian positif atau bahkan Sangkuriang dalam artian negatif bila tidak menggunakan fungsi dan posisinya dengan baik.
Satu kasus mudah mengenai usaha mencerdaskan bangsa, pendidikan dan mahalnya harga buku. Ibu negara bisa masuk dalam masalah ini dengan elegant melalui terobosan buku murah. Mungkin mirip operasi pasarnya Bulog. Dana yang bisa terkumpul (sebaiknya diluar dana yang sudah dialokasikan di Depdikbud yang mungkin juga sudah dialokasikan oleh banyak gelintir untuk disunat) yang saya yakin akan cukup untuk menerbitkan lebih dari sepuluh sampai duapuluh judul buku. Adapun jenis buku yang diterbitkan cukup buku yang bisa merangsang anak-anak menjadi lebih gemar baca dari pada nonton teve, jadi kesimpulannya buku fiksi. Masih ingat dulu setengah dipaksa ibu supaya baca buku serial Sapta Siaga selanjutnya malah jadi doyan baca lima sekawan, trio detektif dan hardy boys sebelum ke oliver twist, huckle beryfinn, monte cristo dan old shaterhand, lingkungan rumah yang berada di lingkungan terminal yang berpotensi mencetak generasi mudanya menjadi preman tidak berpengaruh terhadapku (kecuali sifat yang agak urakan, tentu).
dan yang hampir selalu pasti adalah selalu ada ibu negara di sampingnya satu, dua atau bahkan tak terhitung (bila selir atau yang tak terdeteksi dimasukan).
Dan yang selalu hampir pasti juga adalah tidak bisanya para ibu negara ini memanfaatkn posisinya yang kadang peluangnya hanya dapat diraih sekali dalam seumur hidup dan tidak oleh semua orang.
Dalam kondisi negara yang penuh kecurigaan saat ini, setiap langkah presiden baik berkontribusi positif apalagi berdampak negatif selalu jadi sorotan, salah-salah bahkan nanti di bilang sedang melakukan program tebar pesona. Disinilah fungsi ibu negara dapat menyodok kedepan melebihi fungsi dan manfaat seorang kepala negara bahkan berpotensi untuk menjadi legenda baru di negeri ini yang mungkin akan menyamai legenda sang Brawijaya dalam artian positif atau bahkan Sangkuriang dalam artian negatif bila tidak menggunakan fungsi dan posisinya dengan baik.
Satu kasus mudah mengenai usaha mencerdaskan bangsa, pendidikan dan mahalnya harga buku. Ibu negara bisa masuk dalam masalah ini dengan elegant melalui terobosan buku murah. Mungkin mirip operasi pasarnya Bulog. Dana yang bisa terkumpul (sebaiknya diluar dana yang sudah dialokasikan di Depdikbud yang mungkin juga sudah dialokasikan oleh banyak gelintir untuk disunat) yang saya yakin akan cukup untuk menerbitkan lebih dari sepuluh sampai duapuluh judul buku. Adapun jenis buku yang diterbitkan cukup buku yang bisa merangsang anak-anak menjadi lebih gemar baca dari pada nonton teve, jadi kesimpulannya buku fiksi. Masih ingat dulu setengah dipaksa ibu supaya baca buku serial Sapta Siaga selanjutnya malah jadi doyan baca lima sekawan, trio detektif dan hardy boys sebelum ke oliver twist, huckle beryfinn, monte cristo dan old shaterhand, lingkungan rumah yang berada di lingkungan terminal yang berpotensi mencetak generasi mudanya menjadi preman tidak berpengaruh terhadapku (kecuali sifat yang agak urakan, tentu).
Perkara kertas jangan khawatir kualitas kertas koran atau stensilanpun cukup untuk tahap awal. Banyak pengarang kita yang bersedia karyanya diterbitkan untuk tujuan mulia (coba aja bikinin lomba mengarang berhadiah ... juta) apalagi kalau penyebarannya merata dan dihargai dengan bandrol harga ceremonial yang hanya akan membuat transaksi jual beli sahih secara agama misal Rp 1.000,00 tak lebih tak kurang.
Mengenai distribusinya manfaatkan Pameran buku (boleh juga hal ini diwajibkan ke para raja-raja kecil tingkat Kabupaten atau bahkan manfaatkan Kantor Pos atau Bulog he...he... )
Langkah berikutnya sebagai ibu negara sangat mudah untuk menarik simpati dan mengundang bantuan dari negara luar atau pengusaha kaya untuk pembiayaan penerbitan tahap kedua buku murah yang mungkin akan mengambil tema selanjutnya pendidikan interaktif anak ataupun pengenalan teknologi informatika misalnya.
Langkah berikutnya sebagai ibu negara sangat mudah untuk menarik simpati dan mengundang bantuan dari negara luar atau pengusaha kaya untuk pembiayaan penerbitan tahap kedua buku murah yang mungkin akan mengambil tema selanjutnya pendidikan interaktif anak ataupun pengenalan teknologi informatika misalnya.
Jangan khawatir akan mendapatkan serangan atau disalah gunakan pemberi bantuan. Posisi sebagai ibu negara yang "lemah dan pasti lembut" dapat digunakan untuk mengelak secara halus ataupun lugas terhadap muatan-muatan politis yang akan memberatkan langkah sang Presiden.
Bahkan untuk kasus riill yang baru-baru ini menjadi bahan pembicaran yang panas yaitu polemik antara menkominfo dan menristek mengenai adu kuat open source vs merk dagang paman sam. Ada kesempatan ibu negara masuk dengan program lanjutan yaitu tutorial/pelatihan online mengenai berbagai aplikasi dan bahasa pemrograman komputer yang akan meningkatkan kemampuan SDM kita serta memperkuat posisi bangsa ini di arena pertempuran teknologi. (Siapa tahu dalam lima tahun kedepan kita bisa di jejerkan dengan India).
Suatu saat kita akan melihat Toko-toko kelontong di pasar-pasar tradisional yang tidak tergabung dalam grup mart INI dan mart ITU akan memiliki aplikasi database yang nota bene akan membuat bisnis mereka lebih teratur dan terkontrol dengan aplikasi yang dapat mereka buat sendiri sebagai hasil dari suksesnya pembelajaran lewat tutorial baik yang online/offline.
Untuk yang ini ibu negara tidak usah repot memikirkan biaya buku atau distribusinya. Cukup sediakan materinya dan tentu saja membayar orang yang bikin materi tutorial, siapkan web yang bisa diakses seluruh bangsa ini (negara tetangga juga boleh asal ngerti bahasa Indonesia/melayu) dan ...download deh secara gratis tutorial seperti linux, basic, dhelphi, oracle, mysql sampai design web seperti PHP etc.... (sorry gak tahu banyak sih) dari tingkat pemula sampai tingkat sangat mahir gak ada yang ditutupi semuanya terbuka.... ka.... ka.... ka.
Atau cara kedua kalau dirasakan koneksi internet masih mahal, yaitu dengan memanfaatkan hobi bangsa ini yang suka membajak lemparkan saja materi tutorial ke pembajak niscaya tutorial ini akan tersebar luas dalam waktu singkat tanpa dipusingkan sistem pendistrubusiannya dan masyarakat cukup mengeluarkan uang 5000 perak perkeping CD sudah bisa mendapatkan guru untuk training step by step materi yang diinginkannya sampai mahir.
Bahkan untuk kasus riill yang baru-baru ini menjadi bahan pembicaran yang panas yaitu polemik antara menkominfo dan menristek mengenai adu kuat open source vs merk dagang paman sam. Ada kesempatan ibu negara masuk dengan program lanjutan yaitu tutorial/pelatihan online mengenai berbagai aplikasi dan bahasa pemrograman komputer yang akan meningkatkan kemampuan SDM kita serta memperkuat posisi bangsa ini di arena pertempuran teknologi. (Siapa tahu dalam lima tahun kedepan kita bisa di jejerkan dengan India).
Suatu saat kita akan melihat Toko-toko kelontong di pasar-pasar tradisional yang tidak tergabung dalam grup mart INI dan mart ITU akan memiliki aplikasi database yang nota bene akan membuat bisnis mereka lebih teratur dan terkontrol dengan aplikasi yang dapat mereka buat sendiri sebagai hasil dari suksesnya pembelajaran lewat tutorial baik yang online/offline.
Untuk yang ini ibu negara tidak usah repot memikirkan biaya buku atau distribusinya. Cukup sediakan materinya dan tentu saja membayar orang yang bikin materi tutorial, siapkan web yang bisa diakses seluruh bangsa ini (negara tetangga juga boleh asal ngerti bahasa Indonesia/melayu) dan ...download deh secara gratis tutorial seperti linux, basic, dhelphi, oracle, mysql sampai design web seperti PHP etc.... (sorry gak tahu banyak sih) dari tingkat pemula sampai tingkat sangat mahir gak ada yang ditutupi semuanya terbuka.... ka.... ka.... ka.
Atau cara kedua kalau dirasakan koneksi internet masih mahal, yaitu dengan memanfaatkan hobi bangsa ini yang suka membajak lemparkan saja materi tutorial ke pembajak niscaya tutorial ini akan tersebar luas dalam waktu singkat tanpa dipusingkan sistem pendistrubusiannya dan masyarakat cukup mengeluarkan uang 5000 perak perkeping CD sudah bisa mendapatkan guru untuk training step by step materi yang diinginkannya sampai mahir.
Setelah ini terjadi tinggal memfungsikan depkominfo sebagai penjaga home industri software kita supaya bisa mendapatkan kredit dan laku dijual keluar untuk mendapatkan devisa. Suatu devisa yang lebih bermartabat dan membanggakan nilainya dibandingkan devisa dari TKW yang sering dihinakan di negara antah berantah itu.
Dan dua tahun kemudian disaat Sang presiden lengser nama Ibu negara akan tetap dikenang sebagai pencetus buku murah, pengembang teknologi atau bahkan menggeser sang smiling general sebagai "ibu pembangunan", siapa yang dapat meramal?.
Bahkan boleh juga selanjutnya nanti mencalonkan diri buat jadi presiden periode berikutnya, siapa tahu.
Akan tetapi yang jelas pintu surga sudah menanti dengan aliran amalan yang terus mengalir tiada henti dari 250 juta lebih bangsa ini dan para keturunnannya nanti.
Dan akhirnya......
Kita punya "Ibu kita Kartini"
Kita punya "Ibu kita Dewi Sartika"
Dan kita punya juga " ibu kita ’Ibu negara’"
Dan dua tahun kemudian disaat Sang presiden lengser nama Ibu negara akan tetap dikenang sebagai pencetus buku murah, pengembang teknologi atau bahkan menggeser sang smiling general sebagai "ibu pembangunan", siapa yang dapat meramal?.
Bahkan boleh juga selanjutnya nanti mencalonkan diri buat jadi presiden periode berikutnya, siapa tahu.
Akan tetapi yang jelas pintu surga sudah menanti dengan aliran amalan yang terus mengalir tiada henti dari 250 juta lebih bangsa ini dan para keturunnannya nanti.
Dan akhirnya......
Kita punya "Ibu kita Kartini"
Kita punya "Ibu kita Dewi Sartika"
Dan kita punya juga " ibu kita ’Ibu negara’"
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home