Tuesday, May 29, 2007

Rumah Kakek

Rumah Kakek memang kuno, konon katanya dibangun saat jaman Belanda. Minggu lalu Kakek meninggal dunia tapi baru sekarang aku dan adikku bisa menyusul Ayah ke rumah Kakek di kampung karena harus sekolah. Oh ya.. namaku Thorik sekarang sudah kelas 5 SD sedangkan adikku Rafi baru kelas 3 SD. ”Ayah rumah Kakek besar sekali ya”, kataku pagi itu pada Ayah.
”Begitulah nak, rumah ini dulu dibangun Kakek sebagai seorang paling kaya di daerah ini. Rumah ini terkenal, bukan saja karena dulu merupakan rumah yang paling besar melainkan juga karena kisahnya yang menarik”jawab Ayah. ”Ah masa sih rumah ini ada ceritanya, Ayah kok nggak pernah bilang sebelumnya”, sela Adikku. ”Iya Yah ayo dong ceritakan mengenai rumah ini”.

”Baiklah anak-anak saat itu tahun 1948 beberapa tahun setelah penjajah Jepang menyerah pada pasukan Sekutu”, demikian Ayah mulai bercerita, ”Bangsa kita masih saja menderita, karena Belanda mau menjajah lagi Indonesia. Kata Kakek dulu daerah ini merupakan markas perlawanan pejuang melawan Belanda, bahkan rumah ini sering dipakai para pejuang kita untuk menyusun strategi penyerangan”, lanjut Ayah.

”Suatu hari terjadi pertempuran, suara senapan silih berganti berbunyi, rupanya Belanda datang menyerang. Tidak berapa lama terdengar pesawat terbang rendah kemudian Kakek membawa seluruh keluarga pergi ke tempat persembunyian sedangkan dia sendiri lalu ikut bertempur dengan para pejuang. Setelah pertempuran selesai dan musuh dipukul mundur semua pejuang melihat rumah ini sudah rata dengan tanah rupanya terkena bom yang dijatuhkan dari pesawat. Akan tetapi ajaib keluarga Kakek selamat ditempat pesembunyian yang ada dibawah rumah ini, setelah perang selesai rumah ini lalu dibangun kembali”, sejenak Ayah berhenti bercerita. ”Kejadian kedua saat ada pemberontakan DI/TII. Kakek dimusuhi pemberontak karena setia pada Indonesia, lalu mereka berusaha menangkapnya. Akan tetapi Kakek selamat karena bersembunyi diruang bawah tanah, nah begitulah kisahnya rumah ini telah menjadi penyelamat keluarga kita” kata Ayah mengahiri ceritanya.

”Yah kalau begitu ayo kita lihat ruangan tersebut” seru Rafi dengan semangatnya. ”Sayang sekali, saat kejadian itu Ayah belum lahir, baik Kakek atau pun Nenek tidak pernah menunjukkan ruang bawah tanah itu kepada Ayah, jadi Ayah tidak tahu apakah ruang bawah tanah itu masih ada ataukah sudah tidak ada” jelas Ayah kepada kami. ”Wah... coba kalau kita bisa menemukan ruangan itu pasti asyik buat bermain” ujar Rafi menyesali.

Tidak terasa hari sudah siang, setelah makan aku pamit pada Ibu untuk bermain tidak lupa kuajak Rafi, ”Mau main kemana sih Kak” tanya Rafi. ”Ssst Kakak masih penasaran sama cerita Ayah mengenai rahasia rumah ini, ayo kita cari ruangan bawah tanahnya”. ”Ayo Kak tapi nyarinya dimana”, lanjutnya. ”Ah sudahlah jangan cerewet ayo kita cari dari arah luar rumah dulu”, kataku. Dimulai dari halaman depan kami mulai pencarian, tidak ada sudut yang kami lewati, termasuk pohon-pohon yang sudah tua disekitar rumahpun kami panjat. Setelah halaman rumah kami periksa kemudian aku ajak adik memeriksa di dalam rumah.

”Kak lihat ada yang aneh”, kata Rafi ketika kami memeriksa dapur. ”Apanya yang aneh ”, kataku heran. ”Lihat perapian tua tempat masak itu”. Aku lalu mendekati perapian yang ditunjukkan Adik. Perapian tua ini sudah lama tidak dipakai, ada tiga buah lobang tempat memasak pada perapian. Aku lihat dari depan terus kebelakang kayaknya biasa saja, tidak ada yang aneh. ”Apanya yang aneh Dik”, kataku memecah kesunyian. ”Itu Kak lobang memasak yang ditengah kayaknya terlalu besar untuk memasak”. ”Benar juga, kamu memang teliti dik coba kakak periksa” kataku.
Lubang itu memang besar lebarnya setengah meter dengan tinggi satu meter, kondisinya juga bersih. Aku periksa dinding sebelah dalam perapian tidak ada apa-apa, tiba-tiba tangan ku menyentuh sesuatu yang menyerupai tongkat. Aku coba tarik keatas, tidak bergerak lalu kutekan kebawah. Tiba-tiba lantai bawah perapian itu bergerak. ”gggeeerrrrssskk” serta merta aku loncat kebelakang karena kagetnya. Sejenak kami membisu sambil memandangi perapian yang sekarang berlobang. Tapi kuberanikan diri memeriksanya ternyata ada tangga ke bawah. ”Ayo dik kita masuk”ajakku. ”Tapi bawa senter ya kak” sahut adik.”Sekalian juga lilin serta koreknya jangan lupa dik” seruku.

Dengan penerangan senter akhirnya kami menuruni tangga. Cukup dalam juga tangga ini membawa kami ke bawah, ketika menginjak tangga terakhir tiba-tiba pintu diatas menutup. ”Bagaimana ini” adik berseru ketakutan. ”Tenang dik jangan khawatir nanti kita cari cara untuk membukanya, sekarang ayo kita periksa ruangan ini”, selaku menenangkan. Dengan bantuan senter lalu kami mulai memeriksa ruangan, ada sinar terang di pojok sebelah kiri rupanya lubang udara dan tampaknya tembus ke dalam sumur belakang rumah. Ternyata banyak barang tersimpan di ruang bawah tanah. Ada meja kursi yang sudah tua, keramik beraneka bentuk, bahkan banyak juga terdapat senjata jaman dulu seperti tombak, pedang dan keris semuanya masih terawat, rupanya Kakek sering kebawah sini untuk membersihkannya.

Tidak terasa waktu berlalu cahaya dari lubang udara sudah lenyap. Lilin pun dinyalakan lalu kami berusaha mencari kembali cara untuk membuka pintu keluar. ”Kak, aku haus dan lapar nih” kata Adikku. ”Iya Kakak juga capek, ayo kita istirahat dulu. Disana ada keran tampaknya airnya bersih mungkin bisa kita minum Dik”. Setelah itu kami istirahat, tiba-tiba terdengar suara sayup-sayup ”Anak-anak kemana sih mainnya Yah ini kan sudah larut malam coba kita cari ke tetangga sebelah”, terdengar suara Ibu sambil terisak. ”Iya bu barusan Ayah sudah minta bantuan Pak RT untuk mencari”, terdengar suara Ayah. ”Sekarang Ibu tunggu dulu dirumah Ayah akan mencari lagi”.
Serta merta aku berteriak beberapa kali ”Ibu... Thorik dan Rafi ada dibawah”. Akan tetapi tidak terdengar jawaban rupanya suara kami tidak terdengar diatas. Karena lelah tidak terasa kami berdua tertidur. Entah berapa lama kami tertidur ketika bangun lilin sudah habis akan tetapi cahaya dari lobang angin menerobos masuk rupanya hari sudah pagi. Terdengar suara tangisan Ibu,”Anak-anakku, bermain dimana kalian, Ibu baru saja kehilangan Kakek jangan sampai juga kehilangan kalian anakku”, tenggorokanku tercekat mendengarnya, aku menahan tangis. Lalu semangat baru muncul dalam diriku, Aku bangunkan Adik ”Ayo dik kita mulai lagi cari jalan keluar, coba kita perhatikan apa ada hal yang terlewat kemarin”. Sejenak Kami memandang keseluruhan ruangan dengan lebih teliti.

Tiba-tiba mataku melihat sesuatu yang janggal di deretan keris. Keris-keris itu menyender ke dinding akan tetapi ada satu diantara barisan keris yang berdiri tegak. Dengan cepat kupegang keris yang berdiri tegak itu, lalu kugerakan kebawah..”gggeeerrrrssskk” dan pintu diatas tanggapun bergerak. ”Dik ayo kita keluar”seruku. Kami berdua bergegas menaiki tangga. ”Ayah, Ibu ini Rafi” teriak Adiku begitu berhasil keluar. ”Anak-anaku sudah pulang!!!” seru Ibuku. ”Darimana saja kalian”,kata Ayah. ”Kami kemarin berhasil menemukan ruang bawah tanah itu Yah tapi terjebak didalamnya?”, kemudian secara bergantian kami menceritakan petualangan kemarin, Ayah dan Ibu mendengarkan penuh perhatian. Akhirnya Ayah berkata ”Anak-anak lain kali kalau mau melakukan sesuatu pikirkan dulu bahayanya dan beritahu Ayah dan Ibumu ya!”. Setelah kejadian itu ruang bawah tanah tetap kami rahasiakan sebagai rahasia keluarga kami.
Dari : Petualangan Anakku

Sorry

Berbeda dengan Bali maka Pangandaran boleh dibilang industri pariwisatanya baru berkembang suatu hari seorang kakek melanggar turis.
"I am sorry sir" kata kakek
"I am sorry too" kata Turis
wah jadi dua nih maafnya, pikir kakek itu kalau gitu aku ha
rus tambah jadi tiga.
" I am sorry three" lanjut kakek
"what are you sorry for?" tanya Turis.
wah mati aku kok nambah terus sih...50+50 capek dech...

Wednesday, May 09, 2007

My photo




Tuesday, May 08, 2007

Back to Palembang Ketemu ADA Band

Dua tahun sudah mutasi meninggalkan Palembang ada kesempatan tugas ke sana lagi entah kenapa serasa kembali ke kampung sendiri. Padahal ini bukanlah kunjungan pertama setelah mutasi tapi dasar suasana hati lagi biru segala sesuatu yang kutemui rasanya menjadi penuh kenangan.

Sampai di hotel Aston hari minggu ternyata ada konserAda Band di Ballroomnya (lagu thema blog ku juga terpaksa diubah nih), kesempatan baik ini tentu saja gak dilepas dan nonton lah Aku hari itu, sambil mengenang konser-2 yang pernah kutonton di Sumatera, ada Fire House, almarhum Kla project bahkan ini sampai dua kali nonton(di Jambi dan Palembang), Tofu, Nidji, Raja, Iwan fals, Coklat oh iya saat nonton Iwan Fals karena mainnya siang pas hari kerja maka ku coba memprovokasi kawan2 supaya nonton dan ternyata berhasil, termasuk rekan-2 senior yang udah punya cucupun ikut tergerak bolos siang itu buat nonton bareng Iwan Fals.

Hari pertama, makan malam di atas perahu di Sungai Musi yang bernama Warung Legenda jadi inget waktu pertama datang ke Palembang jalan-jalan naik bus ke jembatan Ampera dengan hasil HP "hilang" dan sejak itu aku gak berani lagi jalan-jalan pakai bus habis ngeri tapi sekarang Palembang jauh beda dengan dulu nampaknya daerah ini jadi aman tuh.
Dari atas perahu melihat Jembatan Ampera jadi keingetan selama tinggal di Palembang belum punya photo dengan latar jembatan yang sangat terkenal ini yang ada malah photo dengan latar jembatan Barelang so akhirnya dengan minta tolong maka jepret-jepret dan jadilah beberapa photo ku.Oh ya gak lupa aku juga nyanyi meskipun cuma satu lagu buat ngemeriahin malam itu.

Hari kedua Aku jalan-2 ke bekas rumahku di Palembang meskipun sudah berpindah kepemilikan tapi ada perasaan ingin melihat meskipun hanya lewat didepannya......

Hari ketiga jalan-jalan ke beberapa Mall pulang nya sekalian mau beli tiket mampir ke Ilir Barat Permai, ngelihat tempat bowling di Ramayana gak tahan naik keatas, tempat bowling pertamaku dimana aku banyak belajar dan main bersama kawan-kawanku yang baik hati hingga akhirnya tahun kemarin bisa juara 2 bowling antar unit di divisiku. eh... Sempet ketemu sama eks boss ku P.Seno namanya, profile Boss yang sekaligus bisa jadi temen seperjuangan dan sependeritaan saat di unit yang baru dibentuk juga saat itu sama kawanku Anis yang kata orang galak tapi menurutku baik sekali, seneng juga denger kabar dia mau pindah ke Pekanbaru promosi, Selamat ya pak tks alot atas kesediaanya sependeritaan dulu.

Hari keempat acara makan malam bersama di cafe di iringi live band, lagi-lagi kenangan tempat ini mengharu-biru inget sama kawan-kawan dulu, sayang saat kunjungan ini gak sempet ketemu oh ya satu orang bahkan sudah pindah ke Bandung biarpun satu kota saat week end tapi kayaknya jauuuhhh sekali.

Saat di pesawat entah kenapa inget terus sama anak-anakku inget sama janjiku yang akan mengajak mereka nonton film Spiderman 3, terselip perasaan khawatir jangan-jangan ini pertanda akan ada accident dengan pesawat yang kutumpangi. Tapi alhamdulilah Aku selamat sampai di rumah dan hari Minggunya bisa mengajak anakku Nonton Spiderman di BSM.

Liburan lagi

ah......seneng juga bisa liburan, setelah lama gak merasakan nikmatnya liburan yang direncanakan, akhirnya bau pantai di Kuta dan renang di kolam hotel lalu jalan kepantai dan renang lagi di laut kembali jadi acara kesenanganku tiap pagi dan tiap sore, ops.... tentu saja dengan kedua punggawa lokal dikiri kananku ini juga bisa cuci mata dan pikiran nah...nah...jangan salah paham dulu pemandangan yang indah ini sungguh bisa mencuci kepenatan dan tentu bisa pula meningkatkan pemahaman kita pada besarnya kuasa allah....... so jadi inget setahun lalu bersama seorang kawan keliling Bali dengan naik motor dari pagi samapai malam biar pegel tapi sungguh merupakan petualangan yang tak terlupakan......

  • superannuation australia