Karena GBS Hidup Keluargaku Berubah
"Kita pindah ke Jawa" hari itu adalah saat yang paling dinanti, setelah hampir sembilan tahun Kami tinggal di Sumatera. Ya... aku tinggal di Palembang dan Istri serta anak-anakku tinggal di Jambi. Setiap Minggu Aku senantiasa menyempatkan pulang ke Jambi meskipun jarak yang ditempuh lebih dari 300 km, kadang-kadang memakan waktu 7-8 jam, bahkan kalau jalan sedang jelek dan berlobang waktu tempuhnya bisa sampai 12 Jam.
Sebenarnya selama 4 tahun saya pribadi dan keluarga cukup betah tinggal di Jambi, akan tetapi kepindahan saya ke Palembang mengubah segalanya. Jarak yang sangat jauh membuat suasana keluarga meskipun masih rukun akan tetapi aku rasakan mulai kurang harmonis.Setelah mengusahakan kepindahan beberapa lama saat itupun tibalah. Dengan gembira istriku mengurus kepindahan kerjanya ke Bandung mengepak barang-barang serta mengurus pindah sekolah anak. Sementara aku berangkat duluan untuk cari rumah di Bandung sekaligus memulai kerja di tempat baru.
Ya karena kemandirian istriku aku menjadi terbiasa hidup tanpa dibebani masalah keluarga yang kata orang sangat menyita pikiran tapi bagiku tidak karena partner ruamah tanggaku begitu piawai mengurus semua.
Boleh di bilang tugasku relatif ringan, setiap pulang ke Jambi hanya meluangkan sebanyak mungkin waktu untuk anak-anak, melatih motorik mereka melalui permainan serta mengajarkan keterampilan yang disenangi anak-anak seperti naik sepeda, berenang, jalan melintasi alam. Sedang fungsiku sebagai kepala rumah tangga boleh dibilang sebagai komite investasi yang membuat dan memilih investasi baru dan bila sudah stabil jika memungkinkan sebagian darinyapun dikelola juga oleh istriku tentu saja atas kemauannya sendiri.
Bahkan setelah kami memindahkan semuanya ke Bandung, disela-sela rutinitas kerja di tempatnya yang baru istriku masih sempat menyelesaikan kepindahan sekolah anak-anak plus kusrsus-kursusnya dan mulai mengontak tukang untuk renovasi rumah kami yang baru.
Akan tetapi bencana itupun tiba, di bulan Februari diawali keluhan sering kesemutan dan cepat pegal semuanya dimulai. Akan tetapi karena work load istri lagi banyak dengan segala aktifitasnya maka kami menganggap itu adalah hal biasa karena kelelahan.Ada satu hal yang kami rasakan sebagai pemicu makin buruk kondisi kesehatannya, yaitu setelah dilakukan operasi laser terhadap mata ikan di jari kaki istriku maka progres kesehatannya makin memburuk.
Dua kali Aku membawanya kerumah sakit setelah sebelumnya 4 dokter syaraf dan 2 dokter tulang kami coba untuk mendiagnosanya, Akan tetapi sia-sia maka di bulan Maret kami memutuskan untuk masuk rumah sakit. Pada kali pertama rawat inap di rumah sakit selama 14 hari, Kami masih datang dengan berjalan akan tetapi saat pulang harus memakai kursi roda. Kesimpulan Tim dokter di rumahsakit tersebut menyebutkan adanya polineuropaty atau ganggauan syaraf tepi, akan tetapi apa penyebabnya mereka belum mengetahuinya.Karena dirasakan tidak ada kemajuan bahkan penyakitnyapun tidak diketahui maka kami coba cari jalan alternatif sekaligus menenangkan kondisi kejiwaan istri saya dengan mendekatkannya pada anak-anak.
Sementara kondisi kesehatan istriku makin memburuk sehingga tidak bisa berjalan lagi, di bulan Juni kembali Istriku masuk rumah sakit dengan Tim dokter yang berbeda. Kali ini selama 22 hari Kami berharap penyakitnya diketemukan. Berbagai test labolatorium dilakukan bahkan kadang-kadang untuk hal yang sama dilakukan dua kali.
Akan tetapi kembali harapan kami pupus. Sampai Minggu ke 3 belum ada gejala istriku membaik, bahkan jenis penyakitnyapun Tim dokter tidak bisa memastikannya. Akhirnya Tim Dokter menyarankan istriku dibawa konsultasi ke Prof Dr. Bob salah seorang guru besar di UI.
Terus terang saat itu Kami sudah kehilangan kepercayaan pada institusi medis.
Bahkan dari kondisi mentalnya kelihatannya istriku mengalami depresi, maka sejak itu semua tugas rumah tangga Aku ambil alih, dari mulai mengajar sampai beli baju anak-anak. Karena tempat tinggal kami juga berjauhan (aku di Jakarta dan keluarga di Bandung) maka untuk beberapa saat Kami putuskan untuk istirahat di rumah neneknya anak-anak, bahkan sekolah anak-anakpun Kami putuskan untuk pindah ke Tasikmalaya karena di Bandung tidak ada yang mengawasi.
Di Bulan Agustus Kami coba pengobatan tusuk jarum, kebetulan yang mengobati juga berprofesi dokter. Setelah beberapa kali terapi beliau menyarankan untuk memperbaiki dulu masalah syarafnya dan Kami di rekomendasikan berobat ke Dr Yusuf Michbah di Jakarta.
Ketika mencari informasi tempat praktek dokter tersebut tidak sengaja Aku menemukan informasi tempat praktek Prof Dr Bob, profesor yang dulu direkomendasikan oleh Dokter di Bandung.
Secepatnya aku konsultasi ke Prof Bob dan disarankan untuk cepat dirawat di rumah sakit serta dengan gaya bicaranya yang lugas beliau juga menyuruh siapkan uang sekitar seratus jutaan untuk obat yang kemungkinan cukup mahal.
Hanya selang 2 hari Kami sudah merawat-inapkan istriku di rumah sakit di Jakarta, dan hari itu juga serangkaian test labolatorium yang sebenarnya juga telah dilakukan di Bandung dilakukan oleh Prof Bob. Alhamdulillah hari kedua misteri penyakit yang menggerogoti kemandirian istriku terpecahkan.
GBS (Guillain Barré Syndrome) itulah vonis yang dijatuhkan sebagai penyebab lumpuhnya istriku.Dan karena sudah berlangsung 6 bulan menurut Prof sudah sangat terlambat. Akan tetapi tidak ada salahnya dicoba pengobatan dengan menggunakan GAMAMUNE ( Imuno globuline ) yang harganya 4,6 Juta/botol dan dosis yang harus diberikan pada istriku adalah 20 Botol.
Dilanjutkan dengan fisioterapi selama lebih dari dua puluh hari maka kekuatan kakinya sedikit-demi sedikit mulai pulih, sehingga saat kami keluar dari rumah sakit istriku bisa berjalan dengan menggunakan bantuan tongkat. Akan tetapi efek dari terlambatnya penanganan GBS maka sampai sekarang kondisi fisik istriku belum bisa pulih 100% sehingga kalau ke Kantor dia masih pakai bantuan tongkat yang artinya hidupnya sedikit banyaknya menjadi lebih terbatas, tidak bisa mengendarai mobil lagi, dan tentu saja hobinya jalan-jalan ke Mall terhenti sama sekali.
Tapi kami masih semangat, sampai sekarang fisioterapi masih dijalankan ditambah penyembuhan alternatif juga kami jalani mudah-mudahan yang kuasa mencukupkan cobaannya pada keluarga Kami dengan menyembuhkan kaki istriku menjadi kembali seperti sedia kala, Amien.
3 Comments:
Sebelas tahun tidak ada kabar berita, ternyata Saudaraku sedang berjuang melawan cobaan yang menimpa keluarganya.
Tetap sabar Saudaraku...
Saudaramu dari Kota Medan (Agust Yulian).
NB:
Kunjungi ini, untuk berbagi dengan Saudara-saudara kita yang lain:
http://groups.yahoo.com/group/alumni_sman1_tsm91/
Dear Pak Krisdian,
Saya dianing, kebetulan ayah saya menderita penyakit yg sama dgn istri bapak, namun ayah saya baru saja dinyatakan terkena GBS minggu ini. Bisa saya minta informasi mengenai Prof. Bob yg menangani kasus istri bpk? Kalau bpk berkenan mohon dikirim informasi tersebut ke email saya dianing_02@yahoo.com. Informasi tersebut akan sangat berguna bagi kami.
Terima kasih,
saya ani, temen saya ada yang menderita penyakit dengan tanda-tanda yang sama dengan GBS, dan sekarang ini sedang kesulitan mencari pengobatan, saya berharap bapak berkenan memberikan informasi tempat praktek Prof. Bob melalui alamat email saya anikusrini_me@yahoo.com, karena saya sangat prihatin dengan kondisi temen saya. Atas informasi dan bantuannya kami ucapkan terimakasih.
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home